Fakta #1 :
Tiap anak
terlahir dengan naluri musik
Sebenarnya, anak sudah mengenal musik sejak di dalam
kandungan. Degup jantung seorang ibu sudah bagaikan alunan musik perkusi di
telinga janin. Ya, di sekitar bulan ke-4 kehamilan, janin sudah mampu mendengar
'musik' didalam tubuh mama. Menginjak bulan ke-7, organ pendengaran si kecil
kian berkembang dan ia mulai mengenali berbagai suara, termasuk yang di
dengarnya dari luar.
Fakta #2 :
Mama, guru musik pertama si kecil
Meski darah musik mungkin tidak mengalir dalam diri anda,
anda tetap menjadi 'guru musik' pertamanya. Senandung lembut saat membuai si
kecil, atau lagu riang yang anda nyanyikan saat bermain dengannya, semua ini
berperan besar dalam mengasah naluri musik anak. Jadi, Anda bisa memperkenalkan
musik sedini mungkin, tanpa harus menunggu sampai anak cukup besar untuk
mengikuti pendidikan musik.
Fakta #3 :
Musik
menyehatkan !
Para periset menemukan musik atau bahkan senandung mama
bisa membantu bayi prematur menambah berat badan dan lebih cepat keluar dari
rumah sakit. Tak heran, unit perawatan neonatal intensif (NICU) di beberapa
rumah sakit rajin memutarkan musik bagi bayi prematur. Hal serupa juga terbukti
dari sebuah studi di Jerman yang dilakukan terhadap 100 bayi yatim piatu dengan
kondisi kesehatan buruk. Mereka diasuh oleh para pengasuh dengan sentuhan,
stimulasi musik melimpah, serta intonasi suara yang naik turun. Hasilnya?
Kesehatan mereka membaik hingga 100%. Sementara pada orang dewasa, musik pun
dikenal bisa menurunkan tekanan darah dan membuat degup jantung lebih teratur.
Fakta #4 :
Musik baik untuk otak
Baik dalam
kandungan, semasa bayi maupun kanak-kanak, musik membantu sel-sel syaraf otak
membentuk berbagai koneksi yang bisa membantu kita memahami bahasa. Dalam otak
manusia, jutaan sel syaraf membentuk sirkuit atau jaringan, yang menjadi aktif
saat kita mendengarkan musik. Sirkuit-sirkuit ini berhubungan dengan daya
ingat, perhatian, emosi, kontrol motorik, dan kemampuan berbahasa. Musik juga
menyeimbangkan kedua belahan otak : belahan kiri (memungkinkan kita untuk
berjalan dan berbicara) dan belahan kanan (memungkinkan kita melakukan hal-hal
kreatif). Bermusik mengaktifkan kedua belahan ini, dan belum ada aktivitas
lain yang memberi efek serupa!
Dari sekian banyak jenis alat musik, yang paling 'ramah'
bagi balita adalah electone. Mengapa? Karena tuts-nya sesuai
kekuatan otot jari si kecil. Juga, electone memiliki jangkauan nada yang luas
dan dua tingkat keyboard, sehingga anak bisa belajar membedakan suara melodi
dan harmoni dengan jelas. Menjelang usia enam tahun, saat otot-otot tangan dan
kakinya sudah lebih kuat, Anda bisa mulai mengenalkan anak pada piano, biola,
gitar, atau bahkan drum, tergantung pada minatnya.
Fakta #5 :
Anak lebih peka
berkat musik
Selain
menyehatkan dan 'mengasah' otak, musik juga bisa berguna untuk menunjang si
kecil dalam mengenali emosi. Sebuah studi di Ohio , Amerika, menemukan anak-anak dari
berbagai usia bahkan yang tidak berlatar belakang musik, mampu mengenali
'emosi'yang terkandung dalam musik. Tak hanya itu, musik bisa sangat bermanfaat
bagi kehidupan sosial anak kelak. Melalui musik, anak diajak mengikuti ritme.
Hal ini akan menstimulasi otak kiri, yang banyak terkait dengan kemampuan
mengikuti aturan. Dan saat anak bermain dan bergerak sesuai iringan musik,
kepekaannya terhadap 'aturan tak tertulis' bisa lebih terasah, tentu saja ini
akan banyak manfaatnya saat ia terjun ke tengah masyarakat kelak.
Fakta #6 :
Pendidikan musik
bisa dimulai sejak usia balita
Sejak usia tiga tahun, anak sudah mulai mengikuti kelas
persiapan untuk belajar musik (tahap pengenalan). Pada usia ini kemampuan
pendengaran anak berkembang dengan pesat, dan pengalaman bermusik akan terekam
sebagai memori menyenangkan, kepekaan anak terhadap beragam nada dan suara pun
terasah.
Fakta #7 :
Musik,
penyaluran stres yang positif
Bermain
musik bisa menjadi sarana penyaluran stres yang positif bagi anak.Karena tekanan
yang dihadapi anak kini semakin berat. Jika anak bisa bemain musik, ia
mempunyai cara melampiaskan stres yang jauh lebih baik daripada bermain video
game,
Fakta #8 :
Bakat bukan segalanya
Bakat musik
yang diturunkan ternyata hanya menentukan 20% keberhasilan anak. Sisanya?
Lingkungan
keluarga berperan. Anak yang berbakat belum tentu bisa menonjol jika
musik jarang di perdengarkan di rumah. Sebaliknya, anak yang tidak punya darah
musik di keluarga bisa saja mengembangkan naluri musik yang peka, jika orang
tuanya rajin memberi stimulasi sejak kecil. Dan ingat, 90% kunci keberhasilan
bermusik adalah latihan. Karena pada umumnya seorang anak hanya bertemu guru
satu jam dalam seminggu. Jadi, latihan rutin di rumah penting. Sebentar saja
sekitar 15-20 menit sehari.
Fakta #9 :
Musik harus
dipelajari dalam suasana menyenangkan
Belajar dalam suasana menyenangkan akan membuka sistem
limbik. Sistem limbik adalah semacam 'pintu', agar informasi dapat mencapai
bagian otak yang bernama cortex cerebri.
Cortex Cerebri, yang volumenya meliputi 80% dari otak,
adalah tempat penyimpanan daya ingat jangka panjang serta tempat berlangsungnya
proses analisa berfikir. Itu sebabnya rata-rata kelas musik untuk balita
berusaha menarik minat anak dengan aneka kegiatan seperti mendengar, bernyanyi,
dan membaca. Dengan begitu, si kecil akan makin bersemangat bermusik.
Fakta #10 :
Partisipasi
orang tua menentukan keberhasilan
Pada kelas musik untuk balita, biasanya orang tua diminta
mendampingi sebagai partner belajar anak. Mengapa? Keterlibatan orang tua
sangat penting dalam kemajuan pendidikan musik anak. Bangkitkan semangat
berlatih si kecil dengan menemaninya berlatih dan memberi perhatian pada
perkembangannya. Jangan lupa, sering-sering beri pujian atas usaha dan
pencapaiannya!
***sumber : http://www.kaskus.us
SOFTWARE PENAMBAH SALDO REKENING TABUNGAN Anda ingin uang mengalir terus ke rekening Anda? Inilah solusinya. Download Segera. GRATIS!! |
0 komentar:
Posting Komentar