11/13/2012

ALASAN ANAK PERLU BERMAIN


Bermain itu adalah hak anak. Sayang tingkat bermain anak di Indonesia sangat rendah. Padahal bermain memberi manfaat bagi anak. Menurut psikolog anak Ratih Andjayani Ibrahim, ada 3 alasan kenapa anak mesti punya kesempatan untuk bermain yang menyenangkan, sebagai berikut:
Pertama, dengan bermain anak akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang utuh, sehat jiwa dan bahagia.
Kedua, tanpa unsur bermain yang menyenangkan dan bergerak, anak akan tumbuh menjadi dewasa yang kurang tegas, stres, dan neurotik.
Ketiga, pada level ekstrim, ketegangan dan stres bisa memicu gangguan-gangguan, termasuk gangguan jiwa.
Banyak orangtua melarang anak-anaknya bermain dengan alasan bermacam-macam. Takut bajunya kotor, takut terkena kuman, takut hitam, hingga takut anaknya tidak menjadi pintar karena kebanyakan bermain.
Anggapan keliru dan pengabaian semacam ini tentu berdampak negatif bagi anak. “Larangan bermain semacam ini bahkan bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak anak karena bermain itu penting dan termasuk hak anak,” ujar DR. Seto Mulyadi dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, yang bisa dipanggil Kak Seto ini.
Paradigma bahwa bermain itu buruk harus diubah. Bermain menjadi modal tepat untuk kecerdasan intelektual maupun emosional. Mengutip Piaget dan Vygotsky, kegiatan bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan hidup (life skill).
Bermain sebagai kegiatan yang menyenangkan menjadi cara paling utama bagi anak mempelajari berbagai hal. “Selain menyenangkan, bermain memiliki berbagai manfaat untuk perkembangan anak, baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, maupun sosial-emosional,” ujar Dra. Mayke, dosen psikologi di Universitas Indonesia.
Hal senada juga dikatakan oleh Kak Seto, bahwa bermain merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan fungsi kognitif, afektif, serta psikomotorik anak. Karena itu, kata DR. Tjut Rifameutia, saat anak sedang mau bermain biarkan mereka bermain. “Beri kesempatan kepada anak untuk bermain, sehingga orangtua tahu perkembangan anak. Orangtua jangan cemas berlebihan,” katanya.

**dari berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar