Aksara Jawa,
dikenal juga sebagai Hanacaraka adalah salah satu
aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Bentuk
Hanacaraka yang sekarang dipakai sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram
(abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19.
Aksara Jawa atau Hanacaraka, terdapat dalam kisah Aji Saka. Diceritakan
bahwa Sembada dan Dora ditinggalkan di Pulau Majeti oleh Aji Saka untuk menjaga
keris pusaka dan sejumlah perhiasan. Mereka dipesan agar tidak menyerahkan barang-barang
itu kepada orang lain, kecuali Aji Saka sendiri yang mengambilnya. Aji Saka
tiba di Medangkamulan, lalu bertahta di negeri itu. Kemudian negari itu
termasyhur sampai dimana-mana. Kabar kemasyhuran Medangkamulan terdengar oleh
Dora sehingga tanpa sepengatahuan Sembada ia pergi ke Medangkamulan. Di hadapan
Aji Saka, Dora melaporkan bahwa Sembada tidak mau ikut, Dora lalu dititahkan
untuk menjemput Sembada. Jika Sembada tidak mau, keris dan perhiasan yang
ditinggalkan agar dibawa ke Medangkamulan. Namun Sembada bersikukuh menolak
ajakan Dora dan mempertahankan barang-barang yang diamanatkan Aji Saka.
Akhirnya terjadilah pertarungan yang menewaskan keduanya.
HA = Hana hurip
wening suci (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci)
NA = Nur candra,
gaib candra, warsitaning Candara (Harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi)
CA = Cipta
wening, cipta mandulu, cipta dadi (Satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
RA = Rasaingsun
handulusih (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
KA = Karsaningsun
memayu hayuning bawana (Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
DA = Dumadining
dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya)
TA = Tatas,
tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam
memandang hidup)
SA = Sifat ingsun
handulu sifatullah (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)
WA = Wujud hana
tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas)
LA = Lir handaya
paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)
PA = Papan kang
tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada di segala arah)
DHA = Dhuwur
wekasane endek wiwitane (Untuk bisa di atas tentu dimulai dari dasar)
JA = Jumbuhing
kawula lan Gusti (Selalu berusaha menyatu - memahami kehendakNya)
YA = Yakin marang
samubarang tumindak kang dumadi (Yakin atas titah /kodrat Ilahi)
NYA = Nyata tanpa
mata, ngerti tanpa diuruki (Memahami kodrat kehidupan)
MA = Madep mantep
manembah mring Ilahi (Yakin – mantap dalam menyembah Ilahi)
GA = Guru sejati
sing muruki (Belajar pada guru sejati)
BA = Bayu sejati
kang andalani (Menyelaraskan diri pada gerak alam)
THA = Tukul saka
niat (Sesuatu harus tumbuh dari niat)
NGA = Ngracut
busananing manungso (Melepaskan egoisme pribadi manusia)
*dari berbagai sumber