Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Bulan yang
sangat dinantikan oleh para pecinta akhirat. Hari-harinya penuh dengan segala
keberkahan, setiap detik dan menit kita dipacu untuk tidak melewatkannya. Sebagai
seorang muslim, berkewajiban berlomba-lomba mencari keberkahan bulan ini dengan
banyak beramal shalih, agar kita termasuk orang-orang yang dimerdekakan oleh
Allah dari api Neraka. Sungguh sangat merugi orang yang keluar dari bulan
Ramadlan dalam keadaan tidak mendapat ampunan Allah Ta’ala. Selain itu, bulan ramadahan
adalah bulan diturunkannya Al Qur’an, bulan yang terdapat padanya malam yang
lebih baik dari seribu bulan, dan setiap malamnya Allah Ta’ala memerdekakan
hamba-hambaNya dari api Neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ مَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجِنَّانِ فَلَمْ يُغْلَقُ مِنْهَا بَابٌ ، وَنَادَى مُنَادٍ : يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ.
“Apabila telah
masuk malam pertama dari bulan Ramadhan, setan-setan yaitu jin-jin yang durhaka
akan diikat, pintu-pintu Neraka akan dikunci dan tidak satupun pintu yang
terbuka. Pintu-pintu surga akan dibuka dan tidak satupun pintu yang terkunci.
Dan akan ada yang menyeru, “Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah,
dan wahai orang yang menginginkan keburukan tahanlah.” Allah memerdekakan
hamba-hambaNya dan itu terjadi pada setiap malam.” (HR At Tirmidzi, ibnu Majah
dan lainnya).
Oleh karena itu, alangkah ruginya apabila kita melepaskan
peluang-peluang keemasan yang hadir di depan mata.
Berikut adalah beberapa AMALAN SUNNAH DI BULAN SUCI RAMADHAN
yang sangat dianjurkan selama melaksanakan ibadah puasa Ramadhan :
1. Shaum Ramadlan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa
yang berpuasa ramadlan karena iman dan berharap pahala, akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR
Bukhari dan Muslim).
2. Menyegerakan berbuka puasa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umatnya
agar menyegerakan berbuka puasa, bahkan menjadikannya sebagai tonggak kebaikan
umat islam. Beliau bersabda:
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْر
“Manusia (umat
islam) senantiasa baik selama mereka bersegera berbuka puasa.” HR Bukhari dan Muslim.
Berbuka puasa, diutamakan terlebih dahulu memakan makanan
manis seperti tamr (kurma kering), rutob (kurma segar) dalam jumlah ganjil atau
makanan manis yang lain.
3. Makan sahur dan mengakhirkannya
Makan sahur bisa dilakukan mulai dari pertengahan malam
sehingga sebelum waktu subuh menjelang. Ada sebagian keluarga terutama yang
tinggal di kota dan mempunyai kesibukan kerja harian/kantor biasa melaksanakan
makan sahur ketika akan tidur malam/pertengahan malam dengan alasan menjaga
waktu kerja pada besok harinya.
Hal ini biasanya akan mengorbankan anak-anak yang
terpaksa harus mengikuti jadwal orang tua, sementara daya tahan tubuh mereka
lebih lemah dibandingkan orang dewasa.
Adapun yang dianjurkan dalam makan sahur ini adalah
hendaklah kita mengakhirkan waktunya sehingga sebelum waktu subuh menjelang.
Hikmah yang bisa kita ambil dari makan sahur adalah untuk menjaga stamina
semasa berpuasa, jadi waktu yang sangat sesuai adalah di akhirkan. Sabda Nabi
saw:
اسْتَعِيْنُوا بِطَعَامِ السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ، وَبِقَيْلُولَةِ النَّهَارِ عَلَى قِيَامِ الّليْلِ
“Mintalah
tolong (kekuatan) dari makan sahur untuk berpuasa di siang hari dan dengan
qoilulah (tidur sebentar di siang hari) untuk melaksanakan qiyamullail di malam
hari.”
Ketika makan sahur ada keberkahan, sehingga di anjurkan
untuk tetap dilaksanakan walaupun hanya dengan seteguk air.[8] Walaupun
dibenarkan untuk menyantap makan sahur sehingga masuk waktu subuh, tapi
alangkah baiknya kalau disediakan beberapa menit sebagai jeda antara makan
sahur dengan masuknya waktu solat subuh. Hal ini dijelaskan oleh baginda
sendiri ketika bersama-sama dengan Ziad bin Tsabit makan sahur kemudian ada
jeda sebelum beliau berdiri untuk melaksanakan solat subuh.[9] Dan itu kemudian
menjadi dalil untuk melakukan imsak sekitar 10 menit sebelum azan subuh.
4. Tadarus Al Qur’an.
Membaca Al Qur’an adalah ibadah yang agung dan dzikir
yang paling utama. Al Qur’an akan memberikan syafa’at kepada setiap orang yang
membacanya, sebagaimana dalam hadits:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَة
“Bacalah Al
Qur’an, sesungguhnya ia akan datang memberikan syafa’at kepada para pembacanya
pada hari kiamat.” HR Ahmad
5. Meninggalkan perkataan kotor
Ibadah puasa adalah salah satu bentuk taqorrub seorang
hamba kepada Allah swt. Puasa adalah bentuk latihan diri untuk mengatur
dorongan-dorongan nafsu yang selalu mengajak kepada syahwat dan kesenangan
duniawi sesaat. Maka, dalam proses ibadah puasa hendaklah kita senantiasa untuk
membiasakan hal-hal yang dapat membantu jiwa lebih dekat Rabbul ‘izzati,
seperti amalan-amalan soleh yang dilakukan lisan (ucapan), jinan
(perasaan/hati) & arkan (perbuatan).
فعن أبي هريرة: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الأكْلِ والشُّرْب ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللغو ،
وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أحَدٌ أوْ جَهِلَ عَلَيْكَ ، فَلْتَقُلْ : إِنِّي
صَائِمٌ إني صَائِمٌ
Dari Abu hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda:” Berpuasa bukan hanya (menahan) dari makan
dan minum, sesungguhnya berpuasa dari lagwun (perbuatan yang sia-sia) dan rofats
(perkataan yang kotor)…
Seorang hamba yang sedang beribadah puasa namun tidak
dapat mengendalikan perkataannya, baik dengan cara mengejek, berbohong, ghibah
dan namimah maka pahala puasanya akan hilang. Walaupun dari segi kewajiban
sebagai seorang mukallaf sudah melaksanakan kewajibannya dan sah puasanya.
6. Memberi makan untuk orang yang berbuka puasa.
Memberi makan orang yang berbuka puasa adalah ibadah yang
agung, sebagaimana dalam hadits:
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً ، كَانَ لَهُ مِثْلُ أجْرِهِ ، غَيْرَ أنَّهُ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ
“Barang siapa
yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia mendapat seperti
pahalanya, akan tetapi pahala orang yang berpuasa tidak berkurang sedikitpun.”
HR At Tirmidzi, ibnu Majah, Ahmad dan lainnya.
7. I’tikaf.
I’tikaf adalah ibadah yang senantiasa dilakukan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terutama di sepuluh terakhir bulan
Ramadlan, Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada setiap bulan Ramadlan sepuluh
hari. Ketika di tahun yang beliau meninggal padanya beliau beri’tikaf dua puluh
hari lamanya.” HR Bukhari
Waktu i’tikaf yang paling utama adalah sepuluh hari
terakhir bulan Ramadlan sebagaimana dalam hadits Aisyah radliyallahu ‘anha:
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ.
“Sesungguhnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadlan
sampai beliau Allah mewafatkan beliau.” HR Bukhari dan Muslim.
Tempat i’tikaf adalah masjid bukan di rumah,
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَأَنْتُمْ عَاكِفُوْنَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Sementara
kalian beri-tikaf di masjid-masjid.” QS Al Baqarah: 187.
8. Memperbanyak berdo’a dan dzikir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa
do’a orang yang berpuasa itu dikabulkan, beliau bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ: دَعْوَةُ الصَّائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga do’a
yang diijabah: do’a orang yang berpuasa, do’a musafir dan do’a orang yang
dizalimi.” HR Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman
Ini adalah kesempatan yang baik agar do’a kita diijabah
oleh Allah subhanahu wata’ala, maka hendaklah seorang yang berpuasa banyak
disibukkan dengan berdo’a kepada Allah dan juga berdzikir, agar lisan kita
selamat dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata yang tidak baik.
9. Memperluas hubungan silaturahim
Memperluas hubungan silaturahim, berbuat ihsan terhadap
sanak saudara dan memperbanyak sedekah terhadap fakir miskin.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ
جِبْرِيلُ
“Bahwa Nabi saw
adalah orang yang paling dermawan dalam kebaikan, terlebih lagi pada bulan
Ramadan ketika sedang menemui Jibril.”
Demikianlah beberapa AMALAN SUNNAH DI BULAN SUCI RAMADHAN dan
keutamaan yang hendaknya kita sebagai para pecinta akhirat kembali hidupkan
dalam setiap detik pada bulan Ramadan. Semoga penjelasan di atas akan
menyadarkan kita semua bahwa betapa penting dan berharganya waktu-waktu yang
sama-sama kita lewati di bulan bonus ini. Mudah-mudahan penjelasan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar